Friday, 31 May 2013

Perasaan yang Terkirim

Bahkan saat harus sms-an dengan seseorang. Yang ketika menunggu balasan smsnya seperti ada puluhan spesies bunga mendadak mekar di rongga dadamu. Atau senyum-senyum misterius yang kau munculkan sendiri tanpa sebab. Maka ada perlunya untuk berhenti sejenak. Lalu pegang erat-erat hati yang cuma satu itu. Eh pastikan dulu ya, ia masih ada atau tidak.

Seorang teman lama pernah tiba-tiba menelepon dari seberang provinsi. Mencurahkan perasaan hatinya, bahwa ia tiba-tiba menghentikan komunikasinya dengan seseorang. Karena suatu hal yang menurutnya sangat mengganggu. Mendadak semua nomor ponsel yang bersangkutan dihapus. Bahkan ‘berpamitan’ terus terang pada seseorang itu, bahwa tidak akan ada lagi komunikasi di antara mereka. Juga tak lupa tentang alasannya.

Kalau kalian tahu alasannya, bisa kutebak mungkin yang terlintas adalah ucapan: Ah lebay banget deh. Atau: Cupu ah, ekstrim banget tauk. Cuma sms-an doang. Kan bukan pacaran? Cewek emang rapuh, dikit-dikit gampang geer. Nah, yang terakhir mungkin benar.

Dan ketahuilah, alasannya tidak sederhana; karena saat ia menekan tombol Send di ponsel bukan hanya barisan kata yang terkirim dan sampai ke seberang sana. Detik-detik menunggu balasannya, seperti menunggu bintang jatuh. Dan saat balasan itu tiba, oh astaga! Hatinya tidak bisa diselamatkan lagi.

Jika kalian bertanya, apakah ‘seseorang’ itu adalah pujangga masa kini yang kerap bergombal ria lewat sms dengan lawan jenis? Atau serupa ikhwan spesies baru yang doyan menebar hikmah bermodus tebar pesona? Maka nyatanya tidak. Pembicaraan yang mengalir dalam pesan singkat justru sederhana, berawal sepele pula. Dan karena ‘seseorang’ itu tidak pernah ‘macam-macam’ dalam perkataan dan perbuatan, jadilah syaitan di kiri dan kanan yang bertindak.

Awalnya berat. Di saat orang lain justru bersemangat memperjuangkan perasaannya, maka ia sadar. Inilah saatnya berhenti. Sekuat hati, saat menelponku ia mengaku perjuangannya sudah berumur tiga hari.  Dan aku mungkin bukan pendengar yang baik, hanya tertawa saja mendengarnya. Baru juga tiga hari hihihi.

Apalah artinya kekaguman sepihak yang membuat hati berubah bak taman bunga. Jika sepanjang waktu hanya melulu 'ia' yang terbayang. Jika mendadak wajahnya terukir di kaca jendela kamar, pintu lemari, lembaran daun jatuh, atau bahkan wajah orang-orang di sekitar kita. Tapi 'ia' hanya menganggap kita sama saja dengan ribuan orang yang ditemuinya setiap hari. Tak berarti.

Jutaan perempuan di luar sana akan semakin bahagia saat hati dan perasaannya terbang melambung tinggi. Sebelum ada kepastian apa-apa, bahkan. Mereka lupa, semakin tinggi maka akan semakin sakit ketika jatuh. Mereka tak ingat, sakit dan luka yang dalam berbanding lurus dengan lama penyembuhan.

Percayalah, karena aku juga perempuan.

2 comments:

Badakbohay said...

yakkk!!! saya telaqk tersindir, kisahnya hampir sama dengan saya, hanya saja hingga hari ini saya masih berpikir kalau lelakinya yang PHP dan penjahat cinta, hhehehe
kalau ada waktu silakan mampir ke blog aku ya teh
http://mahasiswifapet.blogspot.com/
syukron :)

Umi Citrayani Lestari said...

kalo pendapatku kembali ke 2kalimat terakhir paragraf 3 hehe biarpun sama2 perempuan, tapi ada baiknya mengukur kekuatan hati masing-masing *ngomong sama kaca* :)

Post a Comment